Prolog
Sebuah masa bahkan dapat
menentukan makna sebuah kata. Ketika waktu kecil, rasa keingintahuan yang
begitu besar disebut sebagai hal yang baik bagi anak-anak. Di masaku, anak-anak
dengan rasa ingin tahu yang tinggi disebut sebagai anak yang pandai karena rasa
ingin tahu tersebut akan membawa anak tersebut untuk mencari dan mencari tahu
akan segala hal; ilmu yang kelak akan berguna bagi masa depannya. Tapi bukankah
sudah kukatakan padamu bahwa masa dapat menentukan makna sebuah kata? Dan
begitulah kenyataannya. Setelah aku menjadi dewasa, - ah, usia 21 tahun sudah
digolongkan sebagai orang dewasa, bukan? – aku mengenal satu istilah baru bagi
orang-orang yang memiliki rasa ingin tahu yang besar. Dalam bahasa gaul masa
kini, mereka disebut sebagai orang kepo1. Entah mengapa, istilah kepo
lebih sering dikonotasikan sebagai hal yang negatif, baik itu kepo terhadap
mantan pacar, kepo terhadap sahabat bahkan kepo terhadap orang yang tak
dikenalnya. Pada suatu situasi tertentu, orang-orang kepo ini sering juga
disebut sebagai stalker atau mata-mata. Manusia mata-mata inilah yang selalu
mengawasi dirimu dan aktivitasmu baik langsung ataupun melalui sosial media. Di
masa kecilku dulu, belum ada teknologi secanggih saat ini dimana internet
menghubungkan orang dari seluruh penjuru dunia, tak terbatas oleh samudera,
benua, zona waktu, warna kulit, bahasa dan perbedaan-perbedaan lainnya. Semua
perbedaan itu kini dijembatani oleh sebuah teknologi yang bernamakan internet.
Tahukah kalian? Teknologi internet itu sesungguhnya telah melahirkan banyak
sekali manusia-manusia kepo, manusia-manusia mata-mata, stalker. Apa yang
sesungguhnya mereka cari dengan menjadi seorang mata-mata? Ah, alangkah baiknya
bila sebelum kuteruskan kisah sang manusia mata-mata ini, kita samakan persepsi
terlebih dahulu bahwa manusia kepo dan stalker kita sebut mereka sebagai
mata-mata.
Dan inilah kisah manusia
mata-mata. Berhati-hatilah karena dia sedang memata-matai dirimu saat ini.
KEPO =
Knowing Every Particular Object