“Mi, aku mau punya adik, adik
perempuan yang cantik supaya bisa aku dandanin.”
“Iya, sabar ya nak, sebentar
lagi pasti kamu punya adik kok.”
Setahun sudah berlalu sejak
permintaanku pada mami untuk memberiku adik. Akhirnya aku punya adik juga, aku
akan punya teman untuk bermain. Tapi adikku ternyata laki-laki, dia tidak cantik
dan tentu saja tak bisa aku ajak bermain barbie bersama, bermain masak-masakan
bahkan permainan ke pasar. Yah, timbul sedikit kekecewaan dalam hatiku.
“Aduh berisik banget. Adik
kenapa sih mi?”
“Ga tahu, adikmu memang rewel,
coba tolong buatkan susu ya.”
Aku terbangun di tengah malam
karena suara tangisan adikku, terus terang saja aku kesal karena kehadirannya
sudah sangat mengganggu waktu tidurku.
***
Sepanjang malam adikku semakin
rewel dan memukuli dirinya sendiri. Kata dokter, adikku mengalami sindrom
autisme yang membuatnya menyakiti dirinya sendiri. Sejak papi dan mami
mengetahui bahwa adikku menderita autisme, semua perhatian dan waktu mereka
dicurahkan sepenuhnya bagi adikku bahkan terkadang aku sedikit terlupakan. Aku
kesal dan aku cemburu. Selalu ada saja hal yang membuatku merasa direpotkan
olehnya. Oleh karena itu, mengalami pengalaman kost selama kuliah kupikir
merupakan sebuah cara yang baik untuk menghindari kerepotan-kerepotan yang
ditimbulkan adikku. Ya, awalnya kupikir demikian. Tapi ternyata kehidupan kost
tak selamanya mengasyikkan. Bahkan disaat aku menjalani masa ospekku,
kusempatkan menelepon rumahku...
“Halo...”
“Halo Mi, gimana kabar adik,
aku rindu rumah, rindu kalian.”
Tak kusadari air mataku
mengalir, kusadari bahwa ternyata kehadiran adikku telah mengubah hidupku,
mengubah keegoisanku, memberiku kehidupan yang justru lebih indah dari
sebelumnya.
0 komentar:
Posting Komentar