Enggak Hafal Pancasila? Oops!
Jumat, 21 Agustus 2009 | 04:59 WIB
Tujuh belas Agustus baru beberapa hari berlalu. Upacara dan semarak pesta perayaan hari kemerdekaan Indonesia yang diperingati setiap tahun oleh seluruh masyarakat Indonesia lewat sudah.
Apa lagi yang tersisa? Piala kemenangan lomba makan kerupuk, balap karung, atau panjat pinang dari RT (rukun tetangga), RW (rukun warga), dan sekolah? Apakah setelah mengikuti semua perayaan yang gegap gempita itu, kita jadi makin cinta sama tanah air, Indonesia?
Di sekolah, upacara bendera kini udah makin berkurang frekuensinya. Di SMA Labschool Rawamangun, Jakarta Timur, upacara bendera hanya dilakukan satu bulan sekali, yaitu pada Senin minggu pertama. Di SMA Negeri 98 Jakarta, upacara bendera juga hanya dilakukan dua minggu sekali.
Ehm, jadi enggak heran kan kalau Lita Lestari yang sekolah di Labschool Rawamangun kelas XII IPA, enggak hafal Pancasila.... Oops! Udah pasti dong, lambang masing-masing sila itu pun, dia enggak tahu, hi-hi-hi....
Aldi Prima Putra yang sekolah di SMAN 98 Jakarta kelas XII IPA juga nyaris setali tiga uang. Wakil Ketua OSIS periode 2008-2009 ini kagok saat diminta melafalkan Pancasila. Sila ke-4 dan ke-5 enggak bisa dia lafalkan dengan lancar dan sempurna. Meski Aldi juga anggota pasukan pengibar bendera (paskibra) di sekolahnya itu.
Enggak cuma soal Pancasila yang udah makin luntur dari ingatan Lita dan Aldi. Mereka berdua juga agak susah menyebutkan beberapa lagu wajib, alias lagu nasional Indonesia selain, tentu saja, Indonesia Raya.
Padahal, lagu-lagu nasional kita banyak sekali, ada ”Syukur”, ”Maju Tak Gentar”, ”Satu Nusa Satu Bangsa”, ”Bagimu Negeri”, dan masih banyak lagi.
Lita cuma bisa menyebut satu lagu, sedang Aldi hanya bisa menyebut tiga lagu. Duhh... prihatin juga nih.…
Ehm, tetapi kayaknya enggak cuma Aldi dan Lita yang seperti itu. Kalau kalian mau jujur, seberapa sih sebenarnya kepedulian kalian pada lagu-lagu nasional Indonesia? Seberapa peduli sih kalian dengan kondisi sosial ekonomi di sekitar kita? Seberapa jauh kita tahu tentang berbagai tarian dan adat istiadat berbagai suku bangsa di Tanah Air ini?
Memprihatinkan
Bu Devi Arnis, guru Sosiologi dari SMA Al Izhar Pondok Labu, Jakarta Selatan, mengatakan, semangat cinta tanah air di kalangan remaja memang memprihatinkan. Kata Bu Devi, sebagian remaja memang sama sekali tak tahu siapa pencipta lagu nasional kita. Bahkan ada yang enggak tahu sosok Bung Karno dan Bung Hatta.
Tapi, kata dia, sekarang sudah ada kemajuan. ”Mulai ada kesadaran di kalangan remaja bahwa nasionalisme itu perlu. Memang tidak hanya dengan upacara dan hafal Pancasila karena itu hanya satu sisi dari nasionalisme. Tetapi mereka menunjukkannya dengan memakai produk dalam negeri, hafal lagu-lagu Indonesia, dan di sekolah mau ikut ekskul tentang seni tradisional,” kata Bu Devi.
Kepala SMKN 20 Jakarta Haribowo mengatakan, upacara bendera setiap hari Senin dan hari besar nasional seharusnya memang tetap diberlakukan di sekolah-sekolah. Ini setidaknya diharapkan bisa menjaga semangat nasionalisme di kalangan siswa.
Tentang Pancasila, menurut Haribowo, meskipun hafal, Pancasila bagi sebagian remaja hanya dimaknai sebatas kata-kata tanpa makna. Ini saja sudah cukup rawan.
”Jadi, alangkah baiknya kalau upacara itu tetap diberlakukan,” kata Pak Haribowo.
SMKN 20 masih tetap memberlakukan upacara setiap hari Senin dan pada hari besar nasional. Untuk mendukung upaya menjaga semangat cinta tanah air di kalangan siswa, ada ekstrakurikuler berupa karawitan dan paskibra.
Efek upacara
Sisca Utami, siswa kelas XII IPA SMAN 4 Tangerang, termasuk siswa (yang setidaknya) hafal sila-sila dalam Pancasila. Di sekolahnya, upacara masih dilakukan setiap Senin. Mungkin karena seminggu sekali mendengar Pancasila, Sisca hafal saat diminta melafalkan Pancasila.
Dia juga dengan mudah menyebut beberapa lagu nasional, seperti ”Maju Tak Gentar”, ”Indonesia Pusaka”, dan ”Garuda Pancasila”.
”Selalu ikut upacara jelas ada efeknya. Aku jadi bisa ngerasain perjuangan pahlawan zaman dulu. Pas mengheningkan cipta apa lagi.... Kan nundukin kepala, khusyuk, jadi rasanya gimana gitu,” tutur Sisca.
Enggak setiap orang kayak Sisca. Tapi kalo sampai enggak hafal Pancasila kayak Lita dan Aldi, ehm kayaknya enggak pas juga ya.... Apalagi kata Lita, cintanya sama Tanah Air biasanya justru muncul pas dia lagi jalan-jalan ke luar negeri.
Sisca menambahkan, ia memaknai nasionalisme dan cinta Indonesia antara lain dengan memakai produk dalam negeri. Kata dia, dengan memakai batik, misalnya, itu sudah nunjukin rasa cinta Tanah Air.Jangan lupa, Tanah Air kita ini kaya dan luas banget. Kita punya keanekaragaman hayati dan budaya. Mengetahui, mencintai, dan berusaha menjaganya dalam kehidupan sehari-hari adalah bukti cinta kita kepada Tanah Air.
Selain hafal dan mewujudkan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, coba deh memulai rasa cinta Indonesia dengan lebih memerhatikan lingkungan, seperti hemat memakai air bersih, hemat listrik, enggak membuang sampah sembarangan, mau berusaha keras, dan enggak korupsi tentunya! (DOE)
nb: asli terbitan kompas muda. hihihy*