Ini tahun ketigaku menjadi
mahasiswa farmasi di salah satu perguruan tinggi swasta di Jakarta. Sungguh ini
sebuah kisah yang takkan pernah aku lupakan. Aku yang sejak kecil bercita-cita
menjadi seorang dokter harus merelakan cita-cita mulia itu. Selain aku tak diterima
di beberapa fakultas kedokteran di PTN, masalah ekonomi juga menghalangiku
untuk bisa meraih impianku. Aku ingat betapa kerasnya perjuanganku untuk bisa
kuliah di jurusan farmasi saat ini. Saat itu, selepas aku dinyatakan gagal
dalam ujian SNMPTN, aku memutuskan untuk mengambil farmasi. Aku tahu papi
kecewa atas kegagalanku dan puncaknya adalah malam itu, disaat aku memutuskan
untuk mengambil jurusan farmasi papi menjadi sangat emosi bahkan hingga
melarangku untuk kuliah. Aku hanya bisa terdiam dan menyadari kebodohanku,
tetapi tak kusangka mami membelaku bahkan hingga dia menangis kemudian
mengajakku keluar dan memantapkan pilihanku untuk menjalani studi farmasi ini.
Sejak saat itu aku berjanji akan melakukan yang terbaik dan berusaha untuk
tidak mengecewakan mami, akan kubuktikan pada papi bahwa aku bisa.
Kini aku sudah berhasil melalui
dua tahun pertamaku meskipun dengan susah payah. Semester satu dan semester dua
tampak tak menjadi masalah bagiku. Aku bahkan sangat menikmati setiap hal yang
aku lakukan sebagai mahasiswa farmasi, praktikum, mengerjakan laporan, belajar
dan mendengarkan kuliah. Image seorang mahasiswa farmasi yang kutubuku aku
patahkan dengan aktif mengikuti beberapa kegiatan sekaligus. Hasilnya? Not bad. IPK ku masih bisa cum laude.
Menginjak semester tiga dan empat,
prestasiku mulai menurun. Sejak semester tiga aku menghadapi 4 macam praktikum dalam
seminggu dengan perkiraan 10 jam praktikum per minggu. Materi kuliah semakin
berat dan tugas semakin menumpuk. Menurutku inilah kuliah farmasi yang
sesungguhnya, aku mulai belajar formulasi obat, mikrobiologi, patologi dan
lain-lain. Sejujurnya aku menikmati semua masa-masa kuliahku hingga aku
mengalami sebuah masalah, ya problema cinta anak muda. Masalah itu membelitku
hingga malam terakhir menjelang ujian praktikum formulasi obat, aku sampai
menangis dihadapan kakak kostku karena aku merasa tak siap untuk ujian. Namun
aku masih lulus ujian ini. Aku malah tak lulus praktikum farmakognosi yang kemudian
mematahkan semangatku. Ini adalah her
praktikum pertamaku selama kuliah dan kejadian-kejadian ini mengubahku,
mengubah IPK ku manjadi terjun bebas. Meskipun di semester empat aku merasa
lebih baik, lebih bersemangat dan lebih optimis, tetap saja tak mampu menaikkan
IPK ku yang jatuh di semester tiga kembali normal. Ini penyesalan karena telah
gagal membahagiakan mami untuk bisa lulus dengan predikat cum laude.
Sekarang aku berada di
pertengahan semester lima dan aku masih sangat menikmati kuliahku, praktikum,
laporan serta tuugas-tugas. Aku mencintai farmasi dan ini passionku. Perjalanku masih panjang, masih ada 3 semester
untuk meraih gelar sarjanaku dan 2 semester untuk meraih gelar apotekerku. Masih
banyak yang harus aku perjuangkan demi sebuah cita-cita mulia, sebuah
pengabdian untuk masyarakat. Dan, percaya atau tidak, saat ini aku masih
mencintainya: Farmasi dan dia.
2 komentar:
Menarik dan inspiratif,. :)
Terima kasih :)
Posting Komentar